oleh : Aulia Aprianne Putri adalah seorang siswi yang bercita-cita menjadi ahli programming
“
Sejak pagi hujan tak kunjung berhenti, dingin terasa menusuk tulang.
Sang adik berusia 3 tahun berkata “ umi, aku lapar. ” umi pun menjawab, “
sabar ya sayang, umi buatkan makanan “. Karena cuaca yang dingin, umi
berinisiatif untuk membuatkan sup cream agar menghangatkan suhu tubuh
buah hatinya. Setelah sup pun sudah selesai dimasak, sang adik segera
menyantap dimeja makan. Tak lupa berdoa sebelum makan. Lalu, umi pun
bersiap menyuapi buah hatinya. Ia pun meniup-niup sup itu supaya tidak
begitu panas jika dimakan oleh anaknya.”
Demikian
sekutip cerita mengenai kebiasaan yang sering kita lakukan. Tidak hanya
pada orang dewasa saja yang terbiasa meniup ketika minum teh pada pagi
hari , tetapi sampai anak-anak pun terbiasa untuk melakuakan hal serupa,
baik meniup makanan atau minuman untuk mendinginkan sebelum dikonsumsi.
Secara logika meniup makanan atau minuman adalah suatu kegiatan mengeluarkan zat kimia berupa gas karbondioksida (CO2)
terhadap makanan yang ingin kita makan. Dan fase gas karbondioksida ini
merupakan hasil respirasi dari tubuh yang mengandung racun. Sehingga
kegiatan meniup dapat berbahaya bagi kesehatan.
Pada
saat kita meniup tidak hanya mengeluarkan gas hasil pernafasan saja.
Mulut juga akan mengeluarkan uap air dan berbagai partikel yang ada dari
dalam rongga mulut. Paling mudah dideteksi adalah nafas atau bau mulut
juga sering tercium. Bau mulut ini mengindikasikan ada partikel yang
juga dikeluarkan dari mulut.
Partikel
ini dapat berasal dari sisa makanan yang tertinggal di sela-sela gigi,
selain itu dapat juga berupa mikroorganisme yang hidup di rongga mulut.
Mikroorganisme ini kadang bersifat merugikan dan bersifat sebagai
pathogen. Hal inilah yang harus dihindari supaya jangan terbawa sehingga
karena berupa partikel padatan akan dapat menempel dan mengkontaminasi
pada makanan yang ditiup
Dan
tak tertinggal, dari pihak lain yaitu alasan dari etik sosial, dimana
meniup makanan memang di beberapa daerah, memang tidak dianjurkan. Jadi
kalau kalian sedang makan makanan atau minuman yang panas, tentu saja
bersabarlah dulu sebentar sehingga menjadi berkurang temperaturnya dan
mulut dapat menerima masuk.
Benarkah cara demikian?
Terlintas
memang tak terpikir apakah meniup-niup makanan itu sehat atau tidak
bagi kesehatan? Tetapi islam mengajarkan kita, Sebagaimana dalam Hadits
Ibnu Abbas menuturkan “Bahwasanya Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam
melarang bernafas pada bejana minuman atau meniupnya”. (HR. At Turmudzi dan dishahihkan oleh Al-Albani).
Lalu
apa maksud dari hadist tersebut? Nabi memang melarang umatnya untuk
meniup-niup makanan dan minuman panas? Loh, kalo gitu memang ga bagus
dong makanan atau minuman ditiup-tiup? Tapi Nabi ga melarang kita
mengipasi makanan. Berarti yang ga boleh itu meniup-niupnya kan?. Memang
kenapa, nafasnya bikin makanan jadi bau? Atau takut berpenyakit?
Tetapi bukan, bedanya angin dari kipas angin dengan nafas manusia adalah komponen CO2 dan H20nya.
Apa masalahnya dengan adanya 2 komponen ini? Sebenernya yang bermasalah
bukan pada airnya tapi pada komponen yg berada di air.
Ingat
kapur tohor? Waktu SD pernah ada percobaan kapur tohor dilarutkan dalam
air lalu dicelupkan sedotan dalam air dan ditiup. Bagimana hasilnya?
Ya, airnya menjadi keruh. Apa sebenarnya yg terjadi?
Kapur tohor (CaO) apabila ditiup oleh nafas manusia, bereaksi dengan CO2 dalam nafas, akan menjadi batu kapur (CaCO3).
Masalahnya, batu kapur ini salah satu dari 4 batu ginjal yang paling
sering ditemui. Kita ga pernah tau apakah air tersebut mengandung kapur
tohor atau ga, tapi minimal dengan menghindari meniup-niup makanan dan
minuman, kita mengurangi resiko terkena batu ginjal jenis kapur
tersebut.
Dari segi kimiawi
Dengan
diperkuat pendapat dari salah satu ahli kimia di Indonesia, ada yang
menjelaskan secara teori bahwa: apabila kita hembus napas pada minuman,
kita akan mengeluarkan CO2 yaitu carbon dioxide, yang apabila bercampur dengan air H20, akan menjadi H2CO3 (asam karbonat), yaitu sama dengan cuka, menyebabkan minuman itu menjadi acidic.
H2O + CO2 => H2CO3
Alasan yang dikemukakan adalah bahwa secara kimia napas manusia mengeluarkan CO2 dan gas ini dapat terlarut ke dalam air. Jika CO2 bereaksi pada makanan menghasilkan asam karbonat, lalu
karbondioksida dari mulut kita akan berikatan dengan uap air dari
makanan dan menghasilkan asam karbonat yang akan mempengaruhi tingkat
keasaman dalam darah kita sehingga akan menyebabkan suatu keadaan dimana
darah kita akan menjadi lebih asam dari seharusnya sehingga pH dalam
darah menurun, keadaan ini lebih dikenal dengan istilah asidosis.
Seiring
dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih
cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah
dengan cara menurunkan jumlah karbon dioksida.
Pada
akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan
cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih. Tetapi kedua
mekanisme tersebut tidak akan berguna jika tubuh terus menerus
menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat.
Sejalan dengan memburuknya asidosis, penderita mulai merasakan kelelahan
yang luar biasa, rasa mengantuk, semakin mual dan mengalami
kebingungan. Bila asidosis semakin memburuk, tekanan darah dapat turun, menyebabkan syok, koma dan bahkan kematian
Jangan menyesal kemudian karena hal sepele. Sehat itu mahal harganya itulah
slogan yang sering terlontarkan. Mari kita biasakan budaya yang sehat
agar menunda bibit penyakit dan kita bias beraktivitas dengan maksimal.
Jangan menyesal kemudian karena hal sepele. Jadi, sekarang lebih baik
menunggu dan bersabar menyantap makanan ya.
Referensi :
http://billchair.wordpress.com/2009/11/28/tidak-boleh-meniup-makanan-dan-minuman-panas-kenapa-tanya/
http://klikbelajar.com/pelajaran-sekolah/pelajaran-kimia/bahaya-meniup-makanan-dan-minuman-yang-masih-panas/
No comments:
Post a Comment